Selasa, 27 Desember 2016

laporan kromatografi



BAB 1
TUJUAN DAN PRINSIP PERCOBAAN

1.1  Tujuan Percobaan
  1. Untuk memisahkan campuran.
1.2    Prinsip Percobaan
1.      Berdasarkan partisi atau distribusi komponen. 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KROMATOGRAFI

      Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat - zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008).
Dalam kromatografi, komponen - komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul - molekul campuran serap pada permukaan partikel - partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut - solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet noda - noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja noda - nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Anonim, 2010).
Teknik kromatografi kertas diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan Martin (1994), yang menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Kertas merupakan selulosa murni yang memiliki afinitas terhadap air atau pelarut polar lainnya. Bila air diadsorbsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap di antara struktur pori kertas. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan kecepatan yang berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen di antara fase diam dan fase bergeraknya. Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisis kualitatif maupun kuntitatif. Senyawa - senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya asam amino, gula - gula, dan pigmen - pigmen alam (Yazid, 2005).
Dalam teknik kromatografi kertas, proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2-3 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, diletakkan di ruang yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu teknik di mana cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada teknik ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga dikenal sebagai cara radial atau kromatografi kertas sirkuler. Kondisi - kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh nilai Rf yang reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih dari 0,5oC. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya, agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. Dilakukan beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar, 2008).
 Prinsip kromatografi kertas adalah adsorbsi dan kepolaran, di mana adsorbsi didasarkan pada panjang komponen dalam campuran yang diadsorbsi pada permukaan fase diam. dan kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut dan terbawa oleh pelarut  jika memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan migrasi pada fase diam dan fase gerak (Yazid, 2005).
Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser yang halus lebih disukai. Gas - gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak, untuk karbohidrat notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak batas permukaan, selanjutnya dapat dilakukan analisis kalorimetri atau spektroskopi reflektansi bila sampel berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik antara Rm α terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog (Khopkar, 2008).
 Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang secara komersial tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat - zat hidrofobik dapat dipisahkan pada kedua jenis kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon dapat digunakan untuk zat - zat hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang korosif, kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending (Khopkar, 2008).

2.2 MACAM MACAM KROMATOGRAFI

Kromatografi Kertas 

Kromatografi kertas yaitu suatu pemisahan dimana fase diam berupa zat cair. salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fase diam yaitu bubuk selulosa. Kemudian dilakukan pemisahan asam-asam amino dan peptida  –peptida yang merupakan hasil hidrolisa protein wool dengan suatu cara dimana kolom yang berisi bubuk diganti dengan lembaran kertas dan kemudian diletakkan dalam bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini adalah merupakan jenis dari sistem partisi di mana fase diam adalah air, disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas, dan fase bergerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut organik  dan air.(Sastrohamidjojo,H,1985) 

Kromatografi Gas 

Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran. Pemisahan pada kromatgrafi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkanya ke detektor. Penggunaan suhu meningkat bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi. 
 Ada 2 jenis kromatografi gas: 
1.  Kromatografi gas-cair (KGC) 
2.  Kromatografi gas padat 
Kromatografi gas dapat bersifat destruktif dan dapat bersifat non-destruktif tergantung pada detektor yang digunakan.(  Ibnu, 2007) 

Kromatografi Kolom 

Kromatografi kolom merupakan metode terbaik untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1g), dimana fase geraknya berupa zat cair dan fase diamnya berupa zat padat. 
Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada cara kolom klasik. Pertama, dipakai penyerap yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh lebih sempit agar tercipta kesetimbangan yang lebih baik didalam sistem. Kedua, sistem tekanan, biasanya pompa mekanis, dipakai untuk mendorong pelarut melalui penyerap yang halus. Ini perlu karena ukuran partikel kecil, tetapi pompa itu juga menyebabkan kromatografi lebih cepat, jadi memperkecil difusi. Ketiga, detektor telah dikembangkan sehingga diperoleh analisis senyawa yang berkesinambungan ketika senyawa itu keluar dari kolom.(Roy,1991) 

Kromatografi Lapis tipis 

Kromatografi lapis tipis merupakan suatu proses pemisahan dimana fase geraknya adalah berupa zat cair sedangkan fase diamnya berupa zat padat. 

 BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1  Alat- alat
  1. Labu ukur 100 ml 1 buah
  2. Gelas ukur/ pipet volum
  3. Kaca arloji
  4. Kertas saring
  5. Penggaris
  6. Pipa kapiler

3.2  Bahan

  1. Metil alkohol 10 ml
  2. Etanol 95% 10 ml
  3. Amoniak 2M 10 ml
  4. Curcumin

3.3 Cara kerja

  1. Siapkan 3 macam pelarut yaitu 10 ml amil alcohol, 10 ml ethanol 95% dan 10 ml amoniak 2M, tuangkan ke dalam beaker glass 300 ml dan tutup dengan kaca arloji. Biarkan selama lima menit adgar atmosfir dalam beaker glass menjadi jenuh oleh uap pelarut untuk meningkatkan daya pelarut.
  2. Siapkan kertas saring yang telah di potong berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 cm X 10 cm kemudian buatlah garis dengan pensil dari ujung atas dan ujung bawah masing masing 2 cm.
  3. Totolkan sampel pada bagian tengah garis ujung bawah yang telah di buat dengan menggunakan pipa kapiler, biarkan noda mengering kemudian totolkan sampel sekali lagi.
  4. Masukan kertas saring tersebut kedalam beaker glassdan pastikan meniskus pelarut berada di bawah garis noda. Beaker glass di tutup dan biarkan pelarut bergerak ke atas sepanjang kertas saring dan jangan biarkan pelarut mencapai ujung kertas.
  5. Jika pelarut hendak mendekati ujung atas kertas saring maka segera keluarkan kertas dari beaker glassndan beri tanda posisi pelarut dengan pensil kemudian biarkan kertas saring mengering.
  6. Hitung Rf dari masing masing komponen.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pecobaan
Diketahui :
·         Jarak tempuh komponen dari tempat penetesan = 5,7 cm
·         Jarak tempuh pelarut dari tempat penetesan = 6 cm
Ditanyakan : Rf (factor retardasi) ?
Jawab :
Rf = jarak tempuh komponen dari tempat penetesan / jarak tempuh pelarut dari tempat penetesan


5,7 / 6 = 0,95 cm

4.2 Pembahasan

   Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis
Pada tahap penotolan, kertas saring yang digunakan adalah kertas saring whatman karena mempunyai pori - pori yang besar sehingga noda dapat merembes dengan cepat dan teratur. Garis awal pada kertas dengan menggunakan pensil karena pensil terbuat dari grafit yang tidak larut dalam eluen sedangkan jika tinta pulpen maka tinta pulpen akan larut yang dapat mengganggu penampakan noda. Penotolan sampel curcumin diusahakan tidak terlalu banyak karena akan mempengaruhi besar spot. Spot yang terlalu besar tidak baik untuk penampakan noda karena nodanya dapat melebar kesamping atau ke bawah.
Pada tahap pengembangan, kertas yang berisi totolan dimasukkan ke dalam larutan pengembang. Totolan cuplikan diusahakan tidak terendam dalam eluen karena akan melarut dalam pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diidentifikasi lagi. Kertas tidak boleh menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan noda.
Selanjutnya wadah ditutup dengan tujuan untuk menjenuhkan udara di dalamnya menggunakan uap pelarut karena dengan penjenuhan tersebut dapat menghentikan penguapan pelarut. Komponen cuplikan akan terbawa oleh rembesan cuplikan dan kertas dikeluarkan
dari wadah setelah pelarut hampir mencapai puncak lembaran kertas.
Setelah di totolkan curcumin, kertas menjadi berwarna orange dan kuning. Untuk komponen campuran, noda yang terbentuk ada 2 yaitu  kuning dan orange.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kromatografi kertas merupakan jenis kromatografi cair-cair, di mana fase diamnya adalah lapisan tipis air yang terserap oleh kertas.
2.      Kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap yaitu tahap penotolan, pengembangan dan identifikasi.
4.      Identifikasi sampel curcumin yang dilakukan dengan melihat warna noda pada kertas, di mana warna dari curcumin yaitu orange dan kuning.

DAFTAR PUSTAKA
Ø  http://autumninday.com. Diakses pada 28 april 2016.
Ø  Roy, G.J, Bobbit M. James, dan Schwarting, E. Arthur,. 1991.  Pengantar Kromatografi. ITB. Bandung. 
Ø  Rahmania inti, 2007, modul praktikum kimia analitik,  bandung, universitas alghifari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar